Produk Hijab Indonesia Terkenal di Pasaran Dunia
Pada pandangan pertama, warna pastel, cetak monokrom dan foto jalan-gaya mungkin membuat Anda berpikir Anda sedang membaca Vogue. Toko online ini adalah genit, ramah dan tidak mengambil sendiri terlalu serius - koleksi Living Doll yang menunjukkan model Bambi bermata mengenakan sepatu udik dan mengincar cupcakes. Keseluruhan estetika bersih dan modern, dengan membosankan padatan seperti hitam minimal. Tapi ini bukan Madewell atau Anthropologie. Ini Hijab, dan Produk pakaian yang ditawarkan di sini adalah jilbab.
Kita tahu jilbab sebagai pilihan pakaian agama atau budaya, tetapi juga pernyataan fashion yang serius. Dan itu bisnis yang semakin besar: The 2014-15 Negara laporan ekonomi Islam global oleh perusahaan riset DinarStandard menemukan bahwa Muslim menghabiskan $ 266.000.000.000 pada tahun 2013 pada mode, dibandingkan dengan $ 242.000.000.000 pada tahun 2012, dan proyek belanja global $ 484.000.000.000 pada 2019. Banyak startups, ingin tunai pada permintaan, sekarang katering untuk keinginan untuk headwear stylish. Seperti Hijab startup Indonesia. Manajer pemasaran, Nenden Alifa, mengatakan Ozy bahwa perusahaan meluncurkan situs e-commerce pada 2011 Dia tegas bahwa mengenakan jilbab tidak meninggalkan Anda "terjebak" "membawa citra positif bagi perempuan Muslim." - Itu pilihan - dan dia ingin fashion mereka untuk mencerminkan hal itu.
Hijab tetap terhubung ke pelanggan - yang dilihatnya sebagai perempuan ponsel cerdas yang tweet tentang dan posting pembelian mereka - dengan menjadi aktif di media sosial. Dan itu jelas melakukan sesuatu yang benar, dengan 108.000 pengikut di Instagram, Facebook 141.000 suka dan saluran YouTube yang peringkat sebagai 26-paling dilihat di Indonesia. Perusahaan juga melibatkan desainer lokal, seperti Shabilla dan ETU. "Ini bergerak [kita] maju dalam realisasi Indonesia sebagai pusat busana muslim dunia," kata Alifa. Saat ini, sekitar 20 persen pelanggan Hijab adalah dari luar negeri, dan ia berencana untuk tumbuh angka itu dengan menargetkan, wanita Muslim kelas menengah matang tertarik dalam desain dan seni. Dan baru-baru ini memamerkan Hijab koleksi di Tokyo Fashion Week.
Pada pandangan pertama, warna pastel, cetak monokrom dan foto jalan-gaya mungkin membuat Anda berpikir Anda sedang membaca Vogue. Toko online ini adalah genit, ramah dan tidak mengambil sendiri terlalu serius - koleksi Living Doll yang menunjukkan model Bambi bermata mengenakan sepatu udik dan mengincar cupcakes. Keseluruhan estetika bersih dan modern, dengan membosankan padatan seperti hitam minimal. Tapi ini bukan Madewell atau Anthropologie. Ini Hijab, dan Produk pakaian yang ditawarkan di sini adalah jilbab.
Kita tahu jilbab sebagai pilihan pakaian agama atau budaya, tetapi juga pernyataan fashion yang serius. Dan itu bisnis yang semakin besar: The 2014-15 Negara laporan ekonomi Islam global oleh perusahaan riset DinarStandard menemukan bahwa Muslim menghabiskan $ 266.000.000.000 pada tahun 2013 pada mode, dibandingkan dengan $ 242.000.000.000 pada tahun 2012, dan proyek belanja global $ 484.000.000.000 pada 2019. Banyak startups, ingin tunai pada permintaan, sekarang katering untuk keinginan untuk headwear stylish. Seperti Hijab startup Indonesia. Manajer pemasaran, Nenden Alifa, mengatakan Ozy bahwa perusahaan meluncurkan situs e-commerce pada 2011 Dia tegas bahwa mengenakan jilbab tidak meninggalkan Anda "terjebak" "membawa citra positif bagi perempuan Muslim." - Itu pilihan - dan dia ingin fashion mereka untuk mencerminkan hal itu.
"Ini bergerak [kita] maju dalam realisasi Indonesia sebagai pusat busana muslim dunia."
Nenden Alifa, manajer pemasaran HijabHijab tetap terhubung ke pelanggan - yang dilihatnya sebagai perempuan ponsel cerdas yang tweet tentang dan posting pembelian mereka - dengan menjadi aktif di media sosial. Dan itu jelas melakukan sesuatu yang benar, dengan 108.000 pengikut di Instagram, Facebook 141.000 suka dan saluran YouTube yang peringkat sebagai 26-paling dilihat di Indonesia. Perusahaan juga melibatkan desainer lokal, seperti Shabilla dan ETU. "Ini bergerak [kita] maju dalam realisasi Indonesia sebagai pusat busana muslim dunia," kata Alifa. Saat ini, sekitar 20 persen pelanggan Hijab adalah dari luar negeri, dan ia berencana untuk tumbuh angka itu dengan menargetkan, wanita Muslim kelas menengah matang tertarik dalam desain dan seni. Dan baru-baru ini memamerkan Hijab koleksi di Tokyo Fashion Week.
Informasi Seputar Harga Hp Terlengkap dan TerupdateMereka berencana untuk memperluas bisa digagalkan oleh sesuatu yang sederhana, namun kunci: ukuran Hijab ini "tidak cocok dengan ukuran Eropa," jelas Franka Soeria, co-founder dari A la Hijab, sebuah situs media sosial yang didedikasikan untuk busana jilbab global. Hijab menggunakan sistem metrik, namun situs jilbab seperti Modanisa menggunakan kekaisaran. Dia juga melihat perusahaan sebagai "terlalu tertutup komunitas ... bersenang-senang dengan kelompok mereka sendiri" dan tidak bersatu dengan orang lain. Dunia fashion jilbab telah berkembang menjadi "jalan-gaya tampilan," jelasnya, dan wanita menikmati styling sederhana - "jalang dasar" Penampilan - dengan kepatutan Muslim. Soeria menemukan kesederhanaan menarik, tapi mencatat bahwa menyenangkan orang Indonesia 'dengan gaya hijab, memilih untuk pilihan busana yang lebih ekstrim, tidak relevan secara global.
0 komentar:
Post a Comment